Pembelajaran ke enam belas, Om Jay
mendatangkan narasumber yang tidak kalah dengan narasumber sebelumnya.
Narasumber kali ini bernama Bapak Aris Ahmad Jaya, DVM., MM. beliau merupakan
seorang motivator karakter building,
trainer, dan coach sekolah unggul di
Indonesia. Untuk lebih lengkapnya, profil Pak Aris bisa dikunjungi pada link
berikut ini.
Tema pembelajaran pada kali ini adalah
“Mengajar Gaya Motifator”. Mengajar gaya motifator biasanya disingkat menjadi
MGM. Mengajar dengan gaya ini, bisa dilakukan oleh semua guru. Apalagi jika
saat pandemic seperti saat ini. Bisa dibuktikan mana guru yang sudah memiliki
gaya mengajar yang baik.
NIAT
MENJADI GURU
Pak Agus menjabarkan guru berdasarkan
niatnya menjadi dua, yaitu guru betulan dan guru kebetulan. Guru betulan adalah
guru yang dari awal memang ingin menjadi pendidik, ingin mengajar, dan memang
ingin menjadi guru. Guru jenis ini memang guru yang diidamkan oleh siswanya,
karena memiliki energy untuk mengajar dan mampu memberikan energy kepada orang
lain untuk menjadi yang lebih baik.
Lalu apa guru kebetulan itu? Guru
kebetulan menurut beliau adalah guru yang kebetulan ada lowongan menjadi guru
ia mendaftar atau bisa saja kebetulan baru lulus sehingga sambil mencari
pekerjaan yang cocok seseorang melamar menjadi guru. Guru kebetulan ini banyak
ditemukan di masyarakat sekitar.
Lalu bagaimanakah anda? Termasuk guru
betulan atau guru kebetulan? Sebenarnya menjadi guru kebetulan itu bisa jadi
guru betulan. Asalkan, seseorang itu bisa berubah, meluruskan niat, dan belajar
untuk menjadi guru betulan. Jika kita sebagai guru betulan atau guru kebetulan
ketika menerima profesi ini dengan baik, maka kita akan mendapatkan buah yang
manis.
MASUK
GURU MANAKAH DIRUMU?
Berdasarkan kinerja, Pak Agus membagi menjadi
tiga tipe guru. Tipe guru tersebut adalah “Nyasar,
Bayar, dan Sadar”. Guru nyasar adalah guru yang tidak memiliki tujuan,
tidak memiliki arah, dan guru yang menyesatkan. Hal ini dapat dilihat ketika
seorang guru dibenci oleh siswanya. Guru tipe ini, tidak memiliki energy dalam
mengajar, tidak memiliki target, dan guru yang tidak disukai oleh siswanya.
Apabila ia mengajar, maka siswa akan merasa jenuh dan merasa pembelajaran yang
berjalan sangat lama.
Tipe guru yang kedua adalah Guru Bayar. Guru ini adalah guru yang
energinya tergantung dengan finansial. Guru dapat bekerja jika tanggal muda,
atau setelah uang sertifikasi cair. Tipe ini merupakan guru yang bekerja karena
uang sehingga energy yang dimiliki tidak konsisten.
Tipe yang terakhir adalah Guru
Sadar. Tipe guru sadar ini biasanya menjadikan siswanya mencintai dirinya,
mencintai pelajarannya, dan mencintai kehidupannya. Guru dengan tipe ini bisa
membuat siswanya berubah atau sadar dengan kata-kata yang diungkapkannya. Guru
sadar adalah guru yang mampu menjadi motivator yang baik bagi siswanya, yang
berangkatnya dinantikan dan pulangnya dirindukan.
PERAN
GURU
Menurut Pak Agus, ada empat peran guru
yang harus dilakukan. Peran yang pertama adalah mengajar. Sesuai dengan
Undang-undang Guru dan Dosen, salah satu tugas guru adalah megajar. Selain itu
guru juga harus bisa mendidik. Jadi, peran yang kedua ini adalah mendidik.
Untuk peran yang ketiga yaitu menginspirasi, dan keempat adalah menggerakkan.
Keempat peran yang ada, harus dilakukan
dengan seimbang. Tidak hanya peran mengajar saja yang ditonjolkan. Karena jika
guru hanya focus pada mengajar, maka guru itu akan kalah dengan siswanya. Karena,
siswa saat ini, bisa belajar melalui internet dan teknologi yang ada. Sehingga,
tanpa adanya guru untuk mengajar, siswa mampu belajar secara mandiri.
Seorang guru tidak hanya mampu mengajar
saja, namun guru harus mampu mendidik. Cara yang tepat dilakukan guru untuk
mendidik dengan baik adalah dengan guru mampu menjadi idola dari siswanya.
Idola yang dimaksud adalah guru mampu menjadi teladan dan patut dicontoh oleh
siswanya. Jika kita masuk kedalam ranah mendidik, maka kita harus mampu
menyelipkan nilai-nilai yang positif bagi siswa, sehingga dapat diterapkan
dalam kehidupannya sehari-hari. Misalnya nilai kejujuran, kedisiplinan,
kerjasama, menolong, dan lain sebagainya.
3
LANGKAH MENGAJAR GAYA MOTIVATOR
Jika lima langkah ini bisa kita lakukan,
Pak Agus menjamin kita sebagai guru akan dicintai, dan dirindukan oleh siswa
kita. Lima langkah tersebut adalah sebagai berikut.
A.
Jadilah
guru yang menarik dan menyenangkan
Supaya menjadi guru yang menarik maka
harus bisa terlihat menarik oleh orang lain. Sedangkan, menyenangkan dimulai
dengan apa yang dirasakan. Ketika pandangan pertama siswa telah menyukai guru,
maka kita sudah masuk kedalam daya tarik. Jika daya tarik sudah kita miliki,
maka kita tinggal mengubah cara sehingga kita bisa menyenangkan.
Supaya dapat menyenangkan, maka kita
harus bisa memahami terlebih dahulu. Memahami yang dimaksud adalah memahami
karakter siswa, kemampuan siswa, ataupun latar belakang siswa. Kita juga harus
memahami bahwa siswa itu berbeda dengan kita. Kita tidak boleh menyamakan
presepsi kita dengan mereka.
Supaya siswa dapat membuka diri untuk
kita, maka kita harus melakukan hal berikut.
- Masuk kekelas, untuk memulai pembelajaran dengan senyum. Senyum ini bisa kita buat senyum 1225 (1 dari hati, 2 cm kekanan, 2 cm kekiri, cukup 5 detik).
- Menyapa dengan salam yang berbeda.
- Memberikan simulasi-simulasi sederhana. Simulasi ini misalnya, sebelum pembelajaran dimulai bisa menyisipkan game-game sederhana. Game-game ini bisa dilihat pada link disini.
- Memberikan apresiasi kepada siswa. Apresiasi dilakukan tidak hanya ketika penerimaan rapor saja, tetapi didalam proses pembelajaran juga harus dilakukan.
B.
Temukan
Titik Lebihnya, dan Motivasilah Melalui Kelebihannya
Menrutu beliau, apabila kita telah
menemukan sisi positif, kelebihannya, dan kegemarannya, maka motivasilah dengan
baik. Sehingga anak tersebut akan menjadi anak yang luar biasa. Kita sebagai
guru seharusnya memberikan kelonggaran bagi siswa untuk mengembangkan bakat dan
minatnya.
Jangan nilai siswa dari hal negatifnya.
Cobalah temukan hal positif yang ia miliki. Jika kita sudah menemukan hal
positif, maka kembangkan hal positif itu, beri motivasi dan apresiasi. Maka
siswa itu akan menerima kita dengan baik.
Tiga langkah melihat nilai tambah dan
nilai lebih dari siswa:
1. Memberikan
kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan kelebihannya.
2. Libatkan
mereka sebagai pemain bukan hanya sebagai penonton.
3. Hargai
prosesnya bukan hasilnya.
C.
Berikan
Label Positif
Menurut Pak Aris, label positif ini bisa
diberikan kepada individu maupun keseluruhan yang ada dikelas. Label positif merupakan
penilaian positif dari guru. Dengan label ini, maka kita akan membangun
presepsi dan rasa positif kepada siswa. Ucapkan label dengan cara berbicara.
Misalnya “Kelas ini sangat kompak.”
Pembelajaran diakhiri dengan Pak Aris
metivasi kepada guru Indonesia.
“Jadilah
guru yang mampu membuat siswa betah dikelas.”
“Jadilah
guru yang bisa dicintai, dirindukan, menginspirasi, dan menjadi seorang guru
yang menjadi bagian dari sejarah dari siswa kita.”
Arifiani Kurniasih
SDN Mentel I Tanjungsari
No comments:
Post a Comment