Saturday, April 18, 2020

MENGAJAR GAYA MOTIVATOR


Pembelajaran ke enam belas, Om Jay mendatangkan narasumber yang tidak kalah dengan narasumber sebelumnya. Narasumber kali ini bernama Bapak Aris Ahmad Jaya, DVM., MM. beliau merupakan seorang motivator karakter building, trainer, dan coach sekolah unggul di Indonesia. Untuk lebih lengkapnya, profil Pak Aris bisa dikunjungi pada link berikut ini.

Tema pembelajaran pada kali ini adalah “Mengajar Gaya Motifator”. Mengajar gaya motifator biasanya disingkat menjadi MGM. Mengajar dengan gaya ini, bisa dilakukan oleh semua guru. Apalagi jika saat pandemic seperti saat ini. Bisa dibuktikan mana guru yang sudah memiliki gaya mengajar yang baik.

NIAT MENJADI GURU
Pak Agus menjabarkan guru berdasarkan niatnya menjadi dua, yaitu guru betulan dan guru kebetulan. Guru betulan adalah guru yang dari awal memang ingin menjadi pendidik, ingin mengajar, dan memang ingin menjadi guru. Guru jenis ini memang guru yang diidamkan oleh siswanya, karena memiliki energy untuk mengajar dan mampu memberikan energy kepada orang lain untuk menjadi yang lebih baik.

Lalu apa guru kebetulan itu? Guru kebetulan menurut beliau adalah guru yang kebetulan ada lowongan menjadi guru ia mendaftar atau bisa saja kebetulan baru lulus sehingga sambil mencari pekerjaan yang cocok seseorang melamar menjadi guru. Guru kebetulan ini banyak ditemukan di masyarakat sekitar.

Lalu bagaimanakah anda? Termasuk guru betulan atau guru kebetulan? Sebenarnya menjadi guru kebetulan itu bisa jadi guru betulan. Asalkan, seseorang itu bisa berubah, meluruskan niat, dan belajar untuk menjadi guru betulan. Jika kita sebagai guru betulan atau guru kebetulan ketika menerima profesi ini dengan baik, maka kita akan mendapatkan buah yang manis.

MASUK GURU MANAKAH DIRUMU?
Berdasarkan kinerja, Pak Agus membagi menjadi tiga tipe guru. Tipe guru tersebut adalah “Nyasar, Bayar, dan Sadar”. Guru nyasar adalah guru yang tidak memiliki tujuan, tidak memiliki arah, dan guru yang menyesatkan. Hal ini dapat dilihat ketika seorang guru dibenci oleh siswanya. Guru tipe ini, tidak memiliki energy dalam mengajar, tidak memiliki target, dan guru yang tidak disukai oleh siswanya. Apabila ia mengajar, maka siswa akan merasa jenuh dan merasa pembelajaran yang berjalan sangat lama.

Tipe guru yang kedua adalah Guru Bayar. Guru ini adalah guru yang energinya tergantung dengan finansial. Guru dapat bekerja jika tanggal muda, atau setelah uang sertifikasi cair. Tipe ini merupakan guru yang bekerja karena uang sehingga energy yang dimiliki tidak konsisten.

Tipe yang terakhir adalah  Guru Sadar. Tipe guru sadar ini biasanya menjadikan siswanya mencintai dirinya, mencintai pelajarannya, dan mencintai kehidupannya. Guru dengan tipe ini bisa membuat siswanya berubah atau sadar dengan kata-kata yang diungkapkannya. Guru sadar adalah guru yang mampu menjadi motivator yang baik bagi siswanya, yang berangkatnya dinantikan dan pulangnya dirindukan.

PERAN GURU
Menurut Pak Agus, ada empat peran guru yang harus dilakukan. Peran yang pertama adalah mengajar. Sesuai dengan Undang-undang Guru dan Dosen, salah satu tugas guru adalah megajar. Selain itu guru juga harus bisa mendidik. Jadi, peran yang kedua ini adalah mendidik. Untuk peran yang ketiga yaitu menginspirasi, dan keempat adalah menggerakkan.

Keempat peran yang ada, harus dilakukan dengan seimbang. Tidak hanya peran mengajar saja yang ditonjolkan. Karena jika guru hanya focus pada mengajar, maka guru itu akan kalah dengan siswanya. Karena, siswa saat ini, bisa belajar melalui internet dan teknologi yang ada. Sehingga, tanpa adanya guru untuk mengajar, siswa mampu belajar secara mandiri.

Seorang guru tidak hanya mampu mengajar saja, namun guru harus mampu mendidik. Cara yang tepat dilakukan guru untuk mendidik dengan baik adalah dengan guru mampu menjadi idola dari siswanya. Idola yang dimaksud adalah guru mampu menjadi teladan dan patut dicontoh oleh siswanya. Jika kita masuk kedalam ranah mendidik, maka kita harus mampu menyelipkan nilai-nilai yang positif bagi siswa, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari. Misalnya nilai kejujuran, kedisiplinan, kerjasama, menolong, dan lain sebagainya.

3 LANGKAH MENGAJAR GAYA MOTIVATOR
Jika lima langkah ini bisa kita lakukan, Pak Agus menjamin kita sebagai guru akan dicintai, dan dirindukan oleh siswa kita. Lima langkah tersebut adalah sebagai berikut.

A.    Jadilah guru yang menarik dan menyenangkan
Supaya menjadi guru yang menarik maka harus bisa terlihat menarik oleh orang lain. Sedangkan, menyenangkan dimulai dengan apa yang dirasakan. Ketika pandangan pertama siswa telah menyukai guru, maka kita sudah masuk kedalam daya tarik. Jika daya tarik sudah kita miliki, maka kita tinggal mengubah cara sehingga kita bisa menyenangkan.

Supaya dapat menyenangkan, maka kita harus bisa memahami terlebih dahulu. Memahami yang dimaksud adalah memahami karakter siswa, kemampuan siswa, ataupun latar belakang siswa. Kita juga harus memahami bahwa siswa itu berbeda dengan kita. Kita tidak boleh menyamakan presepsi kita dengan mereka.

Supaya siswa dapat membuka diri untuk kita, maka kita harus melakukan hal berikut.
  1. Masuk kekelas, untuk memulai pembelajaran dengan senyum. Senyum ini bisa kita buat senyum 1225 (1 dari hati, 2 cm kekanan, 2 cm kekiri, cukup 5 detik).
  2. Menyapa dengan salam yang berbeda.
  3. Memberikan simulasi-simulasi sederhana. Simulasi ini misalnya, sebelum pembelajaran dimulai bisa menyisipkan game-game sederhana. Game-game ini bisa dilihat pada link disini.
  4. Memberikan apresiasi kepada siswa. Apresiasi dilakukan tidak hanya ketika penerimaan rapor saja, tetapi didalam proses pembelajaran juga harus dilakukan.


B.     Temukan Titik Lebihnya, dan Motivasilah Melalui Kelebihannya
Menrutu beliau, apabila kita telah menemukan sisi positif, kelebihannya, dan kegemarannya, maka motivasilah dengan baik. Sehingga anak tersebut akan menjadi anak yang luar biasa. Kita sebagai guru seharusnya memberikan kelonggaran bagi siswa untuk mengembangkan bakat dan minatnya.

Jangan nilai siswa dari hal negatifnya. Cobalah temukan hal positif yang ia miliki. Jika kita sudah menemukan hal positif, maka kembangkan hal positif itu, beri motivasi dan apresiasi. Maka siswa itu akan menerima kita dengan baik.

Tiga langkah melihat nilai tambah dan nilai lebih dari siswa:
1.      Memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan kelebihannya.
2.      Libatkan mereka sebagai pemain bukan hanya sebagai penonton.
3.      Hargai prosesnya bukan hasilnya.

C.    Berikan Label Positif
Menurut Pak Aris, label positif ini bisa diberikan kepada individu maupun keseluruhan yang ada dikelas. Label positif merupakan penilaian positif dari guru. Dengan label ini, maka kita akan membangun presepsi dan rasa positif kepada siswa. Ucapkan label dengan cara berbicara. Misalnya “Kelas ini sangat kompak.”

Pembelajaran diakhiri dengan Pak Aris metivasi kepada guru Indonesia.
“Jadilah guru yang mampu membuat siswa betah dikelas.”
“Jadilah guru yang bisa dicintai, dirindukan, menginspirasi, dan menjadi seorang guru yang menjadi bagian dari sejarah dari siswa kita.”


Arifiani Kurniasih
SDN Mentel I Tanjungsari

No comments:

Post a Comment