Saturday, March 28, 2020

RESUME 2 (CARA MENULIS PENTIGRAF)

(Foto Ibu Rosiana Febriyanti)

RESUME 2
BELAJAR MENULIS GELOMBANG 7
Sabtu, 26 Maret 2020

Melatih menulis bersama Om Jay telah berjalan 3 hari. Kali ini Om Jay mengenalkan kami kepada narasumber yang dulu pernah menjadi peserta belajar menulis dan menjadi pemenang. Beliau bernama Rosiana Febriyanti. Beliau berprofesi sebagai guru dan mengajar di SMAIT Al Kahfi. 

Pembelajaran di mulai sekitar pukul 19.00 sampai 21.00. Pertama, ibu Rosiana memperkenalkan diri. Setelah itu, beliau menyampaikan tentang pentigraf. Berikut resume yang pembelajaran ke-2 oleh ibu Rosiana.

A. Pengertian Pentigraf
Pentigraf adalah akronim dari cerpen tiga paragraf (alinea). Bukan sebarang tiga paragraf yang datar, melainkan ada kesimpulan di akhirnya, bahkan dibumbui dengan akhir yang manis atau menyedihkan. Menurut DR. Tengsoe Tjahjono, penggagas pentigraf, yang kemudian disebut sebagai Presiden Kampung Pentigraf Indonesia, cerpen tiga paragraf ini merupakan cerita yang utuh. Menurut beliau, pentigraf termasuk fiksi mini yang hanya dibatasi 3 paragraf.

B. Ciri-ciri Pentigraf
Adapun ciri-ciri pentigraf adalah sebagai berikut.
1. Panjang tulisan adalah 3 paragraf
2. Satu paragraf hanya memiliki satu gagasan pokok.
3. Secara teknis penulisan di komputer: satu paragraf satu kali ENTER.
4. Sebagai cerpen, pentigraf memiliki ciri-ciri narasi, yaitu:
     a. Alur (ada konfliknya)
     b. Tokoh (yang menggerakkan alur)
     c. Topik (persoalan yg dialami tokoh)
     d. Latar (waktu, tempat, dan suasana)

C. PROSES KREATIF
Ide bisa diperoleh dari mana saja, terlebih dari pengalaman pribadi. Ide tersebut tidak dituangkan mentah-mentah seperti curahan hati atau menulis berita. Ide dikelola menjadi sebuah cerita baru yang menarik dalam kemasan dan bahasanya. Pentigraf boleh diawali dengan memunculkan konflik atau solusi atau pengenalan karakter tokoh. Endingnya pun beraneka macam. Ada yang membahagiakan, ada yang menyedihkan, ada pula yang twist atau memberikan kejutan.

Intinya, jangan panjang-panjang, ringkas saja. Dialog dalam pentigraf diminimalkan, diubah dalam bentuk narasi atau deskripsi. Namun, dialog diperlukan juga sebagai bumbu agar cerita tidak hambar sebagai kejutan tak terduga bagi pembaca.

Yang perlu diperhatikan dalam menulis pentigraf adalah keringkasan. Anda mungkin bisa berpanjang-panjang kata untuk menyampaikan sebuah cerita. Namun, dalam flash fiction termasuk pentigraf Anda mencoba meringkas sebuah cerita ke dalam sebuah kotak kecil yang imut dan menarik hati. Ibarat Anda harus menuturkan sebuah kejadian ketika pulsa telepon Anda tinggal beberapa rupiah saja.
Menurut Dr. Tengsoe, paragraf jangan terlalu panjang dan jangan terlalu banyak percakapan. Dalam paragraf maksimal hanya satu kalimat langsung. Panjang pentigraf sekitar 210 kata. Kalimat langsung pada paragraf kedua cukup satu saja.

D. STRUKTUR CERITA
Struktur sebuah pentigraf adalah permulaan, tengah, dan penutup. Setiap bagian ini isilah dengan pembeda. Kisah harus terus bergerak maju lengkap dengan konfilk dan resolusi. Paragraf kedua berisi alur, di dalamnya konflik yang dialami tokohnya. Hanya ada satu kalimat langsung. Dialog lainnya dinarasikan saja. Paragraf ketiga berupa resolusi atau kesimpulan. Ada twist di akhir kisah. Ini bumbu rahasia Anda. Di paragraf terakhir buatlah kesimpulan yang menarik dan berkesan sehingga mudah diingat oleh pembaca. Ada twist atau kejutan di akhir kisah, inilah bumbu rahasia Anda. Ada kejutan yang tidak terduga. Hal ini bisa membuat orang ingin membaca lagi dari awal.

Pentigraf ini sengaja diakhiri dengan pola terbuka. Endingnya diserahkan kepada pembaca. Beranikah perempuan itu membiarkan pohon ara itu tumbuh, atau malah menebang dan membakarnya? Pembaca pun diajak memberikan jawaban sesuai dengan pandangan masing-masing. Ending seperti itu menjadi daya pikat lain dari pentigraf ini.

E. Tata Cara Menulis Dialog yang Benar
     1. Penggunaan tanda titik di akhir dialog
        Contoh salah : “Aku yakin dia pemenangnya”.
          Contoh benar : “Aku yakin dia pemenangnya.”
     2. Tanda baca ditempatkan sebelum tanda kutip di akhir dialog.
         Apabila diiringi narasi, maka ketentuannya seperti ini :
         Contoh salah : “Dia memang sangat berbakat.” menatap Bayu kagum.
          Contoh benar : “Dia memang sangat berbakat.” Menatap Bayu kagum.

Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap.
Huruf awal narasi harus di dahului oleh kapital.

    3. Jika narasinya berada di awal, maka ketentuannya seperti ini :
         Contoh salah : Andi tersenyum, “Kamu adalah sahabat terbaik.”
         Contoh benar : Andi tersenyum. “Kamu adalah sahabat terbaik.”
  
 Perbedaannya apa? Penggunaan tanda baca. Yup! Yang pertama kenapa salah? Kan, huruf awal dalam dialognya udah bener … pake kapital? Emang, sih. Tapi, penulis menggunakan tanda baca (,) yang seharusnya (.)

Setelah materi selesai disampaikan, Om Jay membuka sesi tanya jawab kepada anggota grub. Sesi tanya jawab berjalan dengan aktif. Banyak peserta yang bertanya tentang bagaimana cara menulis yang baik, bagaimana cara menentukan ide, apa strategi untuk menentukan rahasia atau twist, dan lain sebagianya.
Pembelajaran ke-2 ini ditutup dengan setiap anggota belajar diberi kesempatan untuk menulis pentigraf dan dikoreksi oleh Ibu Rosiana. Setelah itu ibu Rosiana pamitan dengan pantun yang cantik. Dan tidak lupa pula pembelajaran ke-2 ini dibuktikan dengan mengirimkan resume kepada Om Jay. 

Arifiani Kurniasih
SDN Mentel I Tanjungsari, Gunungkidul, D.I Yogyakarta

No comments:

Post a Comment